Tiga Puisi, dalam (Tahun, daerah, Pendididkan) berbeda dengan Orang yang sama
Triple Poem,.
Bodohhhhhhhh!!
Kubernafas dalam gelapnya malam
Menghancurkan matahari yang lelah
Kembali pada suatu hari yang terlahir
Membawa harapan muda dan baru
Mencoba
membalikkan cermin jiwa
Kutetap
dalam nadi keterpurukan
Bagai
bintang buruk
Kujatuh
lebih cepat tersungkur
Berdiam penuh dalam kekosongan
Seolah hidup mengukir nisan
Tak pernah ku sehancur ini.
Serasaku lebih laknat dari sampah
(Porsea, 2005)
Sukses Besar Koruptor
Tanah airku sekarat setengah nyawa
kulit arinya tersayat bilah-bilah dosa
Gerogoti ulu hati bangsa
Terkapar menanti kilatan ajal
Corong
korupsi hancurkan perawan bumi
meremas
tiap lekuk tubuhnya
Bulir
bala tertanam dirahim bumi
Membuncit
penuh jeritang rakyat
Bersalin muntahkan lahar melarat
Gelegar rintihnya robekkan langit
Menggelepar koyakan luka nanah
Menetas kemulut bayi rumah kardus
( Medan. 2007)
Menunggu
Tugas Negara
Tugas
durjana itu tak mengusik tidurku lagi.
Ujian gahar itu tak menguras dinding otakku lagi.
Tak ada kesibukan lagi menerkam habis waktuku.
Layaknya sampah aku menunggu dibuang.
Kuperas nadi pikirku tuk membunuh kekosongan.
Mencoba bergerak tapi seakan sumpah mencengkramku erat.
Seonggok sampah hrs tetap ditempat jk tak ingin lenyap.
Bisa apa aku dalam bak ini.
Meringkuk,meratap atau berlipat tangan menanti kaisan pemulung.
Biar bilahan kata yg tertanam dlm rahim otakku dulu.
Terlahir menjelma dalam balutan karya..
Ujian gahar itu tak menguras dinding otakku lagi.
Tak ada kesibukan lagi menerkam habis waktuku.
Layaknya sampah aku menunggu dibuang.
Kuperas nadi pikirku tuk membunuh kekosongan.
Mencoba bergerak tapi seakan sumpah mencengkramku erat.
Seonggok sampah hrs tetap ditempat jk tak ingin lenyap.
Bisa apa aku dalam bak ini.
Meringkuk,meratap atau berlipat tangan menanti kaisan pemulung.
Biar bilahan kata yg tertanam dlm rahim otakku dulu.
Terlahir menjelma dalam balutan karya..
(Jakarta, 2012)
Komentar
Posting Komentar